Meski tak berbahaya, growing pain bisa membuat anak tersiksa.
Di masa pertumbuhannya, anak-anak kerap mengalami masalah kesehatan.
Salah satu masalah yang mungkin muncul adalah rasa sakit atau nyeri
utamanya di bagian kaki yang tak jelas penyebabnya. Tak pelak, si anak
dan orangtua senewen dibuatnya. Betapa tidak, anak kelihatan sehat-sehat
saja, tak ada bekas luka atau cedera, kok mengeluh nyeri? Apa
sebenarnya yang terjadi?
Bisa jadi, apa yang tengah dialami anak adalah growing pain (nyeri
pertumbuhan). Istilah ini tidak mewakili dilema psikologis pada masa
‘anak tanggung’. Growing pain lebih menggambarkan betapa momen
pertumbuhan badan bisa pula menjadi masa yang menyakitkan. Situs kidshealth.org menyebut, 25 hingga 45 persen anak mengalaminya. Growing pain juga tak dapat dicegah kedatangannya.
Sayangnya, tak banyak orangtua apalagi anak yang menyadari kehadiran
growing pain. Orangtua justru sering menyalahartikan keluhan sakit yang
tak jelas penyebabnya ini. ”Saya pikir dia cuma sedang manja, ingin
dibelai, dipijat,” komentar Widyani, ibu dari anak berusia delapan
tahun. Bagaimana rasanya growing pain?
Aditya Dinaya kesulitan menggambarkannya. ”Seperti pegal-pegal, tapi
juga sedikit nyeri,” urai pelajar kelas lima sekolah dasar ini.
Untungnya, lanjut Aditya, growing pain tidak datang tiap hari. Hanya
saja, rasa sakit itu lebih sering datang pada malam hari. ”Tidak terasa
tiap hari namun sakitnya bikin gelisah,” imbuh anak perempuan yang gemar
berenang ini.
Growing pain sebetulnya bisa melanda kapan saja, tak mesti pada malam
hari. Bisa jadi, pada siang hari rasa sakit itu kalah hebat dibanding
serunya aktivitas anak. ”Cukup banyak pasien yang datang dengan keluhan
seperti itu,” ungkap dr Bambang Tridjaya SpA.
Umumnya, growing pain terjadi pada anak dengan kisaran usia tiga
hingga lima tahun. Rasa sakit tersebut sewaktu-waktu dapat kembali
mendera sepanjang usia pertumbuhan. ”Biasanya, di usia delapan hingga 12
tahun, growing pain terasa lagi,” kata Bambang, pengajar Ilmu Kesehatan
Anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Growing
pain sempat dikait-kaitkan dengan rasa sakit lantaran pertumbuhan
postural yang pesat. Dan itu berhenti terjadi begitu anak melewati masa
pertumbuhan. ”Ini hanyalah fenomena fisiologis.”
Sebenarnya, proses tumbuh sama sekali tidak menyakiti tulang atau
persendian. American Academy of Pediatrics yakin, growing pain lebih
memengaruhi otot. Growing pain dijabarkan sebagai rasa sakit yang
terkait dengan hari-hari aktif anak. Artinya, rasa sakit terkait growing
pain muncul lantaran aktivitas berlebih di siang hari. Nah, di malam
hari, otot anak akan menjadi sakit karena keletihan. Itulah yang membuat
anak kesakitan.
Di bagian betis
Growing pain lebih sering dikeluhkan terjadi pada bagian betis. Sakitnya dapat terasa pada dua betis sekaligus. ”Umumnya, anak-anak menunjuk ototnya sebagai pusat rasa sakit,” kata Bambang. Pada growing pain, rasa sakit paling sering terjadi di sekitar otot kaki. Mengapa begitu? Itu karena kaki, terutama otot betis dan paha, lebih tumbuh ketimbang anggota tubuh lainnya. Patut dicatat, growing pain tak pernah melibatkan tulang.
Growing pain lebih sering dikeluhkan terjadi pada bagian betis. Sakitnya dapat terasa pada dua betis sekaligus. ”Umumnya, anak-anak menunjuk ototnya sebagai pusat rasa sakit,” kata Bambang. Pada growing pain, rasa sakit paling sering terjadi di sekitar otot kaki. Mengapa begitu? Itu karena kaki, terutama otot betis dan paha, lebih tumbuh ketimbang anggota tubuh lainnya. Patut dicatat, growing pain tak pernah melibatkan tulang.
Sejumlah masalah lain juga sama-sama mendatangkan nyeri, seperti pada
growing pain. Yang paling ringan, kram betis. Jika ada kontraksi otot
yang terhambat dan kaki si kecil sukar atau sakit digerakkan, bisa jadi
ia mengalami kram betis. Yang sedikit sulit adalah mengenali pusat rasa
sakit pada anak yang belum bisa membedakan otot dan tulang. Padahal, ini
merupakan faktor penentu untuk menegakkan diagnosis. ”Kalau sakitnya
pada tulang panjang, bisa jadi anak menderita tumor atau rematik,” kata
Bambang.
Jika melihat gejala yang berbeda dengan growing pain, dokter mungkin
akan meminta rontgen kaki anak. Lewat pemeriksaan ini, bisa jadi akan
diketahui, nyeri di kaki itu disebabkan oleh juvenile rheumatoid
arthritis alias radang sendi. Anak yang mengalaminya sering kali bangun
pagi dengan rasa nyeri di kaki dan hilang begitu ia menggerak-gerakkan
kakinya.
Cara meredakan
Rasa sakit atau nyeri akibat growing pain cukup sering muncul sesaat sebelum terlelap. Lamanya rasa sakit yang mengganggu pada waktu menjelang tidur itu amat bervariasi. Tak hanya menjelang tidur, growing pain juga tak mustahil muncul di pagi hari hingga membangunkan anak dari tidurnya. ”Ia akan sama seperti bayi usia dua sampai enam minggu yang sedang kolik, menjerit seperti kesakitan dan reda setelah diberi susu,” ujar Bambang yang kerap menjadi pembicara di seminar kesehatan anak. Kendati bukan tergolong masalah kesehatan berbahaya, growing pain bisa membuat anak menderita.
Rasa sakit atau nyeri akibat growing pain cukup sering muncul sesaat sebelum terlelap. Lamanya rasa sakit yang mengganggu pada waktu menjelang tidur itu amat bervariasi. Tak hanya menjelang tidur, growing pain juga tak mustahil muncul di pagi hari hingga membangunkan anak dari tidurnya. ”Ia akan sama seperti bayi usia dua sampai enam minggu yang sedang kolik, menjerit seperti kesakitan dan reda setelah diberi susu,” ujar Bambang yang kerap menjadi pembicara di seminar kesehatan anak. Kendati bukan tergolong masalah kesehatan berbahaya, growing pain bisa membuat anak menderita.
Anak sering tak sabar menunggu lenyapnya rasa sakit itu. Nah, di sini
peran orangtua sangat diperlukan. Cobalah bantu meredakan rasa sakitnya
dengan menciptakan suasana senyaman mungkin. ”Dengan dipijat ringan
atau dibelai sambil menjelaskan apa yang sedang terjadi padanya,
contohnya,” saran dokter yang juga dikenal sebagai ahli hormon anak ini.
Mengompres betis yang sakit dengan handuk hangat juga dapat membantu
meredakan rasa sakit. Anda pun bisa mengajak anak melakukan peregangan,
seperti yang biasa dilakukan sebelum memulai olahraga. Dua hal ini
merupakan langkah sederhana namun manjur untuk meredakan rasa sakit yang
menyiksa anak.
Anda juga bisa mengusir rasa sakit itu dengan alternatif lain.
Berikan analgesik seperti acetaminophen atau ibuprofen. ”Itu kalau
sakitnya amat mengganggu,” tegas Bambang. Growing pain hanyalah gangguan
sesaat. Ia akan reda pada pagi hari dan lenyap begitu anak melewati
fase pertumbuhan pesat. Tetapi, sepanjang masa tumbuhnya, anak
berpotensi kurang tidur yang bisa membuatnya mengantuk di kelas atau
malah terpaksa membolos gara-gara sibuk menahan sakit di malam hari.
Bila itu yang terjadi, bukan saja anak yang menderita. Orangtua pun
menjadi cemas menghadapi sakit ‘misterius’ di betis buah hatinya.
Padahal, itu cuma growing pain. Bantu redakan, ya, Bunda! rei
Ke Laboratorium, Bila Perlu
Growing pain memang bukan penyakit. Namun, orangtua sering dibuat
khawatir oleh keluhan si kecil. Apalagi, ketika growing pain datang di
usia balita, di saat anak belum begitu mampu menjabarkan apa yang
dirasakannya.
Pada anak yang lebih besar, growing pain cenderung mudah dideteksi.
Hanya saja, belum banyak orangtua yang paham benar seluk-beluk growing
pain. Jika orangtua masih kurang yakin dengan diagnosis dokter,
pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan. ”Yang dilihat, laju endap
darah dan kadar alkali fosfatase,” papar dr Bambang Tridjaya SpA.
Dari laju endap darah (LED), dokter bisa melihat ada tidaknya
infeksi. Sedangkan, ketinggian kadar alkali fosfatase mencerminkan
kalsium tulang yang tengah berpindah cepat. ”Kalau keduanya oke, bisa
dipastikan anak cuma sedang menderita growing pain,” ucap dokter yang
bertugas di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta ini.
Persoalannya, kalau tidak jeli, orangtua bisa luput memantau
kemungkinan persoalan kesehatan yang lebih serius. Kelainan patologis
bisa dikira nyeri growing pain. Apa yang membedakannya?
Coba tanyakan apa yang dirasa anak Anda dan amati kesehariannya. Kelainan patologis alias penyakit yang lebih serius umumnya memperlihatkan gejala yang khas. Bagian tubuh yang bermasalah akan terasa sakit saat dipegang. Nyerinya pun luar biasa dan bisa membuat anak enggan menggerakkan bagian tubuhnya
Coba tanyakan apa yang dirasa anak Anda dan amati kesehariannya. Kelainan patologis alias penyakit yang lebih serius umumnya memperlihatkan gejala yang khas. Bagian tubuh yang bermasalah akan terasa sakit saat dipegang. Nyerinya pun luar biasa dan bisa membuat anak enggan menggerakkan bagian tubuhnya
Nyeri yang merupakan gejala patologis dapat pula disertai demam atau
bengkak. Anda juga harus waspada kalau rasa sakitnya sampai membuat anak
harus membatasi gerak dan itu terjadi secara konstan. ”Segera
konsultasikan dengan dokter.” Pada growing pain gejalanya sangat
bertolak belakang. Anak yang mengalaminya justru lebih senang jika
dipijat. Aktivitasnya sehari-hari juga tidak tersendat. ”Anak bisa tetap
bermain basket, berenang, atau berlarian seperti biasa namun kadang
rewel dan mengeluh sakit pada betisnya,” ucap Bambang yang juga praktik
di RS Hermina Jatinegara, Jakarta Timur. rei
sumber : republika
copas dari sini
Comments